Tuesday, August 15, 2006

Berlari (dari kenyataan)

Kalau dipikir-dipikir, lucu juga. Saya pertama bertemu kamu di lampu merah seberang itu. Kamu menatapi saya, saya balas tatapan tajam itu. Sebenarnya karena sebal, "Kenapa harus melihat orang seperti mau menerkam begitu? Tidak tahu tata krama," pikir saya. Setelah saling berkenalan, ternyata kamu sesama pemakan Nasi Padang.

Sekarang, hampir dua tahun kemudian, kita jadi teman lari yang rutin. Saya disiplin, kamu juga. Sebenarnya, saya yang lebih disiplin, kamu yang lebih kuat.

Di saat kita berlari, kita lebih banyak berdiam diri dan berkonsentrasi. Itu pertanda, kecepatan lari yang sedang di atas rata-rata. Sebaliknya, ketika saya dan kamu saling bertukar fakta, itu pertanda kita berlari seadanya. Setelah saya hitung kemarin dulu, kecepatan lari kita tidak berkembang, 11 menit per mil. "Tapi memang tujuannya untuk membakar lemak," kamu berkata.

Terkadang, kamu mengeluh nyeri di betismu yang mulai bertambah parah, sementara saya mengeluh tentang lambung yang seperti tertusuk, dan di tengah-tengah rute, kita sama-sama kehabisan nafas. Walaupun begitu, kita selalu teruskan larinya sampai ke detik terakhir, hampir setiap hari, 30 menit di pagi hari, 40 menit di malam hari.

Saya pikir, kita terlalu ambisius. Metabolisme memang meningkat (saya merasa lapar setiap empat jam, kamu juga), tapi badan juga jadi sakit-sakitan. Sampai akhirnya minggu lalu, kamu mulai memakai suplemen untuk tulang, otot, dan persendian. Sedangkan saya, cukup yang untuk persendian saja, dong. Hasilnya belum kelihatan dan kita sudah begitu banyak menderita. Ha ha ha.

Masih banyak cerita-cerita dari perjalanan perlarian kita ini. Mungkin saya harus bikin blog baru khusus buat menampungnya? Satu hal yang pasti, saya cukup senang dengan disiplin baru ini, hidup saya jadi lebih bermakna. Apakah kamu juga merasakan hal yang sama?

Mudahan-mudahan, begitu semester baru dimulai, kita bisa tetap sedisiplin ini ya.

2 comments:

mango said...

merrrrah bo :P

Xinda said...

Tujuhbelas agustus tahun empat lima...itulah hari kemerdekaan kita.